IMPLEMENTASI MANAJEMEN DALAM PEMBELEJARAN - Konsep Dasar Manajemen Pembelajaran
dasar manajemen
Dalam setiap
proses pembelajaran di butuhkan dasar manajemen yang baik agar dapat melahirkan
hasil belajar yang baik pula hal ini
sebagaimana yang dikemukan oleh Hamalik menjelaskan bahwa; pembelajaran
merupakan bentuk dari aktualisasi kurikulum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
implementasi merupakan suatu penarapan konsep, ide, program, atau tatanan
kurikulum ke dalam praktik pembelajaran”[1].
Manajemen pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur dan
mengendalikan aktivitas pembelajaran berdasarkan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip pembelajaran untuk mensukseskan tujuan pembelajaran agar
tercapai secara lebih efektif, efesien dan produktif yang diawali dengan
penentuan strategi dan perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan penilaian
serta dari penilian tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi
perbaikan dan peningkatan pembelajaran lebih lanjut.
Dengan demikian
implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang
telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dalam
pelaksanaan dan pengololaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuai diantara
situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan
intelektual, emosional serta fisiknya. Konsep manajemen jika diterjemahkan
dalam kegiatan pembelajaran , maka menurut Syaiful Sagala diartikan sebagai
usaha dan tindakan kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional disekolah dan
usaha maupun tindakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran di kelas dilaksanakan sedemikian rupa untuk memperoleh
hasil dalam rangka mencapai tujuan program sekolah dan pembelajaran”[2]. Artinya
manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan pada beberapa unit
pekerja oleh personel yang diberi wewenag untuk itu, yang muaranya pada suksesnya
program pembelajaran.
Tujuan manjemen
Tujuan
manjemen pembelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar dengan mudah
direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan dan dikendalikan dengan baik.
Dengan proses belajar mengajar yang demikian itu, maka pembelajaran akan berlangsung
dengan efektif dan Efesien. Efektif disini artinya dapat dapat membelajarkan
siswa sehingga dapat membentuk dan meletakkan dasar-dasar kearah perkembangan
sikap, pengetahuan keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Guru, murid
dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran. Ketiga
unsur ini saling beerkaitan, mempengaruhi serta saling tunjang menunjang antara
satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, maka unsure-unsur
yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak
akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar itu di tinjau dari
segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru berfungsi membuat keputusan yang
berhubungan dengan: 1) Perencanaan, 2) Implementasi dan 3) penilaian/evaluasi”[3].
Sebagai
perencanaan, guru hendaknya mendiaknosa kebutuhan para siswa dirumuskan,
sebagai pengimplementasi rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berusaha “memoles” setiap
situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar. Semua itu memerlukan keterampilan profesional yang memadai.
Pada saat
melakukan kegiatan evaluasi guru harus dapat menetapkan prosedur dan tekhnik
evaluasi yang tepat jika kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada kegiatan
perencanaan belum tercapai, maka ia harus meninjau kembali rencana serta
implementasi dengan maksud untuk melekukan perbaikan.”[4]
Dengan
demikian, mengacu pada keterangan di atas, maka demi keefektifan manajemen
pembelajaran, kepala sekolah disini sebagai pemimpin pendidikan harus dapat
mencapai dan melaksanakan fungsi dari manajemen yaitu di antaranya perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang tepat diimplementasikan
dengan baik dan benar dalam program pembelajaran atau belajar sehingga
keberhasilan sesuai sebagaimana yang diharapkan dalam kurikulum pembelajaran
itu sendiri.
Dari uraian
di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat
dan harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sebagai
manjemen dasar dalam pembelajran supaya sesuai dengan yang di harapkan.
1. Pesifikasi
dan kualifikasi peruban tingkah laku yang di inginkan sebagai hasil belajar mengajar yang
dilakukan.
2. Memilih cara
pendekatan belajar mengajar yang dianggap apling tepat dan efektif untuk
mencapai sasaran.
3. Memilih dan
menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar paling tepat dan
efektif.
4. Memilih dan
menetapkan norma-norma atau kriteria kurikulum.”[5]
Dalam setiap
kegiatan belajar mengajar tersebut sasaran harus dirumuskan secara jelas dan
konkrit sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.; perubahan prilaku dan
kepribadian yang kita inginkan terjadi setelah siswa mengikuti suatu kegiatan
belajar mengajar itu harus jelas, misalnya dari tidak bias membaca berubah
menjadi dapat membaca.” Suatu kegiatan belajar tanpa sasaran yang jelas, berarti
kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujaun pasti, dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapai hasil yang diharapkan .
Cara
memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan
dalam memecahkan suatu kasus atau mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang
dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar,
adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda bahkan mungkin
bertentangan kalau dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Pengertian-pengertian,konsep, dan teori ekonomi tentang baik, benar, atau adil,
tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar,
atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Begitu
juga halnya dengan cara pendekatan terhadap kegiatan belajar mengajar dalam
pembelajaran.
Metode atau
teknik penyajian untuk memotivasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau supaya
murid-murid terdorong dan mampu berfikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami suatu metode mungkin hanya
cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan sasaran yang berbeda
hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Dengan
penetapan target yang diterapkan oleh guru sehingga guru mempunyai pegangan
yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan
tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bias diketahui
keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. System penilaian dengan kegiatan
belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bias dipisahkan
dengan strategi dasar lain. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu
harus dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang siswa
dapat dikategorikan sebagai murid yang berhasil bisa dilihat dari berbagai
segi. Bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti tatap muka dengan guru,
perilaku sehari-hari disekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, kepemimpinan,
prestasi olah raga, ketermpilan dan sebagainya atau dilihat dari berbagai
aspek. Ke empat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh antara dasar yang
satu dengan dasar yang lain saling menopang dan tidak bisa dipisahkan”.[6]
Pada dasarnya
kemampuan manusia itu terbatas, baik secara fisik, pengetahuan, waktu dan
perhatian, sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia
membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya semua itu maka
terbentuklah kerjasama dan keterkaitan formal dalam suatu organisasi. Dalam
organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan
dengan baik serta tujuan yang di inginkan tercapai.
Batasan manajemen
Batasan
manajemen yang telah dideskripsikan dan dijadikan pegangan dalam studi,
selanjutnya adalah seni dan ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pemotivasian dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja
untuk mencapai tujuan. Berdasarkan defenisi tersebut berarti manajer adalah
seorang yang bertindak sebagai perencana, pengorganisasian, pengarah,
pemotivasi serta pengendali orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan”.[7]