Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Learning Strategies
2.1.1
Teori
belajar construktivisme
Construktivisme merupakan landasan berpikir
pembelajaran konstektual, yaitu bahwa pengetahuan yang dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri (Dalyono, 2002:124).
Dalam pandangan construktivisme, strategi lebih
diutamakan. Oleh sebab itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan cara:
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan
bagi siswa.
2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
3. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar.
2.1.2
Teori
Bandura
Ada empat elemen penting yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran yaitu:
1) Atensi
Seseorang harus menaruh perhatian atau atensi
agar supaya dapat belajar melalui pengamatan. Sulzer dan Mayer dalam Woolfolk (2005:262)
mengemukakan bahwa sehubungan dengan perhatian, "seseorang khususnya
menaruh perhatian kepada orang yang menarik, popular, kompeten, atau dikagumi.
Dalam pengajaran, guru harus menjamin agar siswa memberi atensi kepada
bagian-bagian penting dari pelajaran dengan memberikan penekanan yang jelas
dengan menggaris bawahi poin-poin penting".
2) Retensi
Agar dapat meniru prilaku suatu model,
seseorang siswa harus mengingat perilaku yang diamati. Mengingat itu termasuk
menggambarkan tindakan-tindakan model dalam berbagai cara, dapat berbagai
langkah verbal atau gambaran-gambaran visual atau kedua-duanya. Agar prilaku
dapat diingat, perlu diadakan pengulangan. Retensi dapat diperlancar melalui
pengulangan secara mental dan melalui latihan sebenarnya (Dalyono, 2004:129).
3) Produksi
Fase ini merupakan fase hasil daripada
peniruan yang dilakukan secara berulang-ulang. Keyakinan bahwa siswa mampu
melakukan suatu tugas merupakan hal penting pada fase ini dan mempengaruhi
motivasi siswa tersebut untuk menunjukkan kinerjanya. Hal ini memerlukan
latihan-latihan berulang kali, latihan untuk langkah-langkah yang sulit dan
umpan balik terhadap perilaku yang ditirukan. (Dalyono, 2004:140)
4) Fase motivasi dan Penguatan
Motivasi
dan penguatan dapat memainkan beberapa peran dalam pembelajaran melalui
pengamatan. Apabila siswa itu mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada
saat meniru tindakan-tindakan suatu model, siswa lebih termotivasi untuk
menaruh perhatian, mengingat dan memproduksi prilaku itu. Disamping itu
penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran.