REMAJA DAN PERMASALAHAN SOSIAL
Berbagai ragam krisis akhlak dan moral kini terus
menular, merebak dan mewabah dalam masyarakat kita, khususnya di kalangan
remaja. Mulai dari kes bosia, hamil di luar nikah yang diikuti dengan
pembuangan zuriat di dalam tong
sampah, gengsterisme dan vandalisme, rogol, sumbang mahram,
ketagihan narkoba, hingga kepada mat rempit. Ternyata bahwa pendidikan moral
yang dilaksanakan masih jauh untuk dapat menangani permaslahan dalam bidang
ini. Hal ini merupakan sebuah kenyataan miris yang sangat menyedihkan. Dengan
demikian tujuan pendidikan Nasional tidak tercapai sebagaimana yang diharapkan.
1.
Karakteristik Remaja
Dunia remaja adalah dunia yang sangat
berkesan dalam kehidupan manusia, penuh pengalaman dan tantangan. Ada beberapa
karekteristik umum yang ada pada diri remaja sebagaimana dikatakan oleh
beberapa pakar:
Menurut Intan Qurratul Ain dan
kawan-kawan menyatakan bahwa: "Remaja selalu berusaha mencari cara
bagaimana mereka bisa menghadapi orang lain."[1] Jadi
remaja akan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri.
Karena remaja ingin memperlihatkan usahanya bagi orang lain sekitarnya. Hal ini
merupakan sifat dan cirri khas remaja yang sangat sulit dipisahkan. Mereka
selalu ingin mencoba sesuatu hal.
Intan Qurratul Ain dan kawan-kawan juga
menyatakan bahwa: "Remaja mencoba mengerti apa yang orang lain harapkan
dari mereka, dan apa pula yang mereka harapkan."[2]
Remaja akan mencapai cita-cita dan ingin melakukan sesuatu atas kehidupan
mereka. Remaja selalu ingin mendapatkan perhatian dari orang lain.
Hal lain tentang karakteristik remaja
juga dinyatakan oleh Abu Naufal dan Hidayat Mustafid bahwa: "Remaja berani
merefleksi pikiran-pikiran mereka dalam kehidupan nyata."[3] Karena pada masa remaja, mereka tertarik
untuk membuat kesimpulan dari segala fenomena yang timbul dan mereka tertarik
serta ingin mengerti hal-hal yang lebih luas dalam kehidupan.
Abu Naufal dan Hidayat Mustafid juga
menyatakan bahwa: "Remaja mengalami hal yang normal terhadap lawan
jenis."[4] Pada
masa ini mereka tertarik dan melirik lawan jenis untuk dijadikan lebih dari
sekedar kawan. Ketertarikan hati ini merupakan kodrat insani dan merupakan
fitrah manusia. Namun semua tetap harus berdasarkan norma agama dan sosial-budaya.
Menurut Abu Naufal dan Hidayat Mustadid
ada empat hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi hanya dapat diminalisir pada
kaum remaja yaitu: Yang pertama, mudah terpengaruh, ikut trend yang tak
jelas asal-usul."[5]
Alangkah sedihnya jika remaja terpengaruh dengan budaya-budaya yang melenceng
dari ajaran agama karena dapat merusak etika kaum remaja. Maka hendaknya
seluruh elemen masyarakat dapat menyaring budaya-budaya luar yang dapat merusak
moralitas kaum remaja.
Yang kedua, menurut Abu Naufal dan
Hidayat Mustafid adalah “remaja mencoba memanage hidup mereka sendiri
dan merasa bangga bila dapat melakukan sesuatu di luar control orang tua atau
orang lain."[6] Jadi
pada masa ini, ada beberapa keputusan yang tidak mereka sandarkan pada orang
tua atau orang lain karena mereka menganggap sudah mampu untuk berdiri sendiri
dan merasa malu jika tergantung penuh pada orang lain.
Dan yang ketiga, “Remaja selalu meningkatnya
rasa ego dan merasa mereka lebih dari orang lain, ingin selalu di depan, tak
jarang untuk mencapai ini semua mereka akan melalui jalan yang negatif."[7]
Maka hal ini harus ada peran orang tua dalam menyikapi hal tersebut.
Oleh sebab itu menurut Abu Naufal dan
Hidayat menyatakan bahwa: “remaja membutuhkan ketrampilan sosial dan kemampuan
menyesuaikan diri sangat dibutuhkan saat seseorang berada di masa remaja."[8]
Kegagalan remaja dalam memasuki dan menguasai lingkungannya, akan menyebabkan
remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Maka dalam hal ini remaja memerlukan
pembinaan dari orang tuanya dan lingkungan sekitarnya. Dan dalam hal ini peran
serta Badan Kemakmuran Mesjid merupakan basis penting dalam pembinaan akhlaq
dan prilaku remaja. Badan kemakmuran mesjid harus berperan dalam pembinaan
etika remaja dalam masyarakat. Pentingnya peranan BKM dalam pembinaan akhlaq
manusia sangat diharapkan oleh agama Islam.
2.
Remaja Muslim Yang Ideal
Sangat banyak figur-figur manusia ideal
yang diungkapkan dalam al-Qur'an dan hadist. Menurut Adhia Rizki Ananda salah
satu figur remaja ideal dijelaskan sebagai berikut: “remaja yang gerak geriknya
merupakan pancaran dari ajaran Islam."[9] Dengan
demikian setiap langkah remaja merupakan aplikasi dari tuntunan agama yang
mulia. Gerak-gerik remaja selalu diwarnai dengan etika yang terkandung dalam
al-Qur'an dan Sunnah Rasul.
Adhia Rizki Ananda juga menyatakan
bahwa ciri-ciri remaja yang ideal, dijelaskan sebagai berikut: “remaja yang
dapat memetakan langkah hidupnya, memiliki visi dan misi dalam hidupnya yang
sesuai dengan ajaran Islam."[10]
Mereka selalu merencanakan misi dan visi sebagaimana yang telah dianjurkan oleh
ajaran Islam dan tidak pernah bertentangan dengan syariat Islam.
Menurut Qurratul Ain, remaja ideal
adalah sebagai berikut: "remaja yang mengenal dirinya sendiri, menjadi
suri tauladan bagi yang lainnya."[11]
Bila mereka mengenal dirinya maka ia akan mengenal siapa penciptaanya, yang
melahirkannya dan orang yang memberikan pendidikan spiritual kepada diri
mereka.
Menurut Adhia Rizki Ananda remaja ideal
yang seperti didalam al-Qur’an dan Hadits adalah "remaja yang memiliki
dasar pendidikan yang baik secara formal ataupun non formal."[12]
Pendidikan sangat mempengaruhi etika para remaja. Karena bila seseorang ingin
mencapai kebahagiaan, maka manusia tersebut harus memiliki ilmu pengetahuan
agama dan umum.
Adhia Rizki Ananda juga menyatakan
bahwa remaja ideal adalah sebagai berikut: "remaja yang bersifat terbuka,
fleksibel serta kritis terhadap segala informasi dan nilai-nilai baru."[13] Karena
remaja yang ideal memiliki pikiran yang kritis. Segala sesuatu yang datang
terhadap dirinya lebih dahulu dicerna, disaring dan dipilih mana yang baik dan
mana yang buruk.
Dan satu hal lagi menurut Adhia Rizki
Ananda yang merupakan remaja ideal, menurutnya remaja ideal adalah sebagai
berikut "remaja yang membangun dasar pengetahuan dan intuisi melalui
pendidikan formal dan informal."[14]
Karena pengetahuan dan instuisi yang baik akan melahirkan regenerasi yang baik
terhadap agama dan bangsa.
Untuk mengaplikasikan hal tersebut, maka perlu adanya
lembaga pembinaan etika bagi kaum remaja. Dalam hal ini peran serta Badan
Kemakmuran Mesjid merupakan basis sentral dan sangat penting dalam mendidik dan
membina kaum remaja untuk berakhlaq baik.
[1] Intan Qurratul ain, dkk, Dinamika Peran Perempuan Aceh Dalam
Lintasan Sejarah:Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Keimanan Anak, (Banda
Aceh: Yayasan Pena, 2007), hal 200
[2] Ibid., hal. 202
[3] Abu Naufal, Hidayat Mustafid, Menuju Orang Tua Teladan Sepanjang
Masa…, hal 201
[4] Ibid., hal. 211
[5] Ibid., hal. 211
[6] Ibid., hal. 212
[7] Adhia Rizki Ananda, Masa Depan Remaja Islam, (Banda Aceh:
Lapena, 2007), hal. 54.
[8] Ibid., hal. 55.
[9] Ibid., hal. 55.
[10] Ibid., hal. 57.
[11] Intan Qurratul Ain, dkk, Dinamika Peran Perempuan Aceh Dalam
Lintasan Sejarah…, hal. 123.
[12] Ibid., hal. 55.
[13] Ibid., hal. 55
[14] Ibid., hal. 56