PERADABAN ISLAM DI INDONESIA



Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia di kenal sebagai pelayar-pelayar yang sangup menggarungi lautan lepas sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdangangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di asia tenggara.
Bahkan dua abad sebelum tarikh masehi, Indonesia (kepulauan nusantara) khususnya sumatera telah dikenal dalam peta dunia pada masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius ptolemaeus, seorang Gubenur kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexanderia (Mesir), menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukkan Nusantara dengan sebutan barousai. Yang di maksud tentunya pantai barat Sumatra yang kaya akan kapur barus (Tapanuli Utara).[1]
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulau Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M (Abad 1 hijriyah), ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.[2] Hubungan penyebaran ini juga menjadi hubungan penyebaran agama Islam yang semakin lama semakin intensif. sejak abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditi rempah-rempah dan banyak di sukai di Eropa (Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang Arab singgah di pantai Barat Sumatra dan Selat Malaka yang menghubungkan imperium timur (kekaisaran Cina). Pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan barat-timur.
Dengan demikian, Indonesia telah di kenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di timur maupun di barat, karena menjadi jalur lalu lintas perjalanan. Sebagai wilayah yang mudah di jangkau dan menghasilkan banyak hasSil bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama Islam.
PEMBAHASAN
A.    Islam Masuk ke Indonesia
Orang Islam yang pertama  mengunjugi Indonesia kemungkinan adalah saudagar Arab pada abad ke-7 yang singgah di Sumatera dalam perjalanan menuju ke Cina. Menyusul mereka adalah saudagar Gujarat yang berdagang lada dan yang telah membangun sejak tahun 1100 percampuran yang unik antara perdagangan dan penyebaran Islam di Indonesia.
Bahkan diceritakan bahwa ketika Islam berkembang pada abad pertama, 1 H (7 Masehi), Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash berziarah pada kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri Cina. Di ketahui pada abad pertama hijriyah sudah ada permukiman masyarakat Islam di kanton.
Bahkan Sayed Naquib Al Attas, dalam karangannya. Menyebutkan bahwa orang muslim berpindah dari Kanton pada abad pertama hijriyah (abad ke-7), kemudian bermukim di Palembang dan Kedah. Mereka yang bermukim di sana telah menjalankan ibadah dan adat istiadat Islam dengan sangat sangat baik.
Pendapat senada juga di utarakan oleh Thomas w Arnold dalam the Preaching Islam, ia mengatakan, “mungkin agama islam telah di bawa oleh pedagang-pedagang Arab sejak abad-abad pertama hijriyah, lama sebelum kita memiliki catatan sejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa”
Menurut Arnold meskipun baru pada abad ke 9, para ahli ilmu bumi Arab menyebut-nyebut kepulauan Indonesia di dalam tarikh Cina pada tahun 674 M. tersebut suatu catatan tentang seorang pemimpin Arab yang mengepalai rombongan orang-orang arab yang menetap di pantai barat Sumatera.[1]
Menurut hemat penulis, pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak abad pertama hijriyah (abad ke-7 M), dan langsung dari Arab, itu lebih kuat, mengingat beberapa alasan yang telah kita uraikan di atas. Bahkan di mungkinkan bahwa sejak masa hidup Nabi Muhammad SAW, agama Islam telah masuk kedaerah-daerah Nusantara. Menurut literature kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M, telah ada sebuah perkampungan orang Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus),[2] jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW, memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera telah ada perkampungan Islam.
Meninjau catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda agama resmi kerajaan-perkampungan Arab Islam tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum di izinkan penguasa atau raja.  Harus bersosialisasi dengan baik terlebih dahulu kepada penguasa hingga akrab dan di percaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar. Di samping itu, menambah populasi muslim di wilayah yang sama, yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah syarat itu terpenuhi baru mereka para pedagang Arab ini bisa mendirikan sebuah perkampungan di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.
Akan tetapi, pada periode ini Islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah yang sudah memeluk Islam, misalnya sebagian Sumatera dan sebagian pantai utara Jawa. Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke-12 M, yang di bawa oleh mubalig Islam, yang di samping menyebarkan Islam, mereka juga sebagai saudagar. Adapun pada periode ini, Islam di kembangkan oleh saudagar dari Arab dan mungkin dari Gujarat serta penduduk pribumi sendiri.
Sejak islam di kenal di Indonesia itulah, islam terus berkembang dengan pesat. Menurut para sejarawan, islam masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur, sehingga dengan cepat dapat di terima oleh masyarakat Indonesia yang pada waktu itu masih kuat menganut paham lama, yaitu menganut agama Hindu, Budha, bahkan Animisme dan Dinamisme.
B.     Jalur-Jalur Mula Penyebaran Islam di Indonesia
1.Melalui jalur perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M,  membuat para pedagang muslim ( Arab, Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melakukan dakwah Islam, sekaligus juga sebagai pedagang yang mejajakan dagangannya kepada penduduk pribumi.[3]
2.Melalui Jalur Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama perempuan-perempuan bangsawan, sangat tertarik untuk menjadi istri para saudagar itu. Sebelum menikah mereka di Islamkan lebih dahulu. Setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampong-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim. Dengan melalui jalur perkawinan, para penyebar Islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader Islam.
3.Melalui Jalur Tasawuf
Para penyebar Islam juga di kenal sebagai pengajar-pengajar Tasawuf. Mereka mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah di kenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal-hal magis dan memiliki kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah di mengerti dan mudah di terima. Kehidupan mistik bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi bagian dari kepercayaan mereka.
Oleh karena itu penyebaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur Taswauf  atau mistik ini ini mudah di terima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat Indonesia, misalkan mengunakan ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran agama Islam kepada penduduk setempat.
4.Melalui Jalur Pendidikan 
Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga di lakukan melalui jalur pendidikan pesantren, Surau, Masjid yang di lakukan oleh guru-guru Agama, Kiai, dan Ulama. Jalur pendidikan di gunakan oleh para wali khususnya di Jawa dengan membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi mubalig-mubalig Islam di masa yang akan datang.
Setelah keluar dari pesantren atau pondok, mereka pulang ketempat masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu dan mengajarkan Islam. Misalkan pesantren yang di dirikan oleh Raden di Ampel Denta Surabaya, dan pesantren Kediri yang didirikan oleh Sunan Giri Gresik. Keluaran pesatren Giri ini banyak yang di undang ke Maluku untuk melakukan dakwah Islam di sana.
5.Melalui Jalur Kesenian
Para penyebar Islam juga mengunakan kesenian dalam rangka menyebarkan Islam, antara lain dengan wayang, sastra,  dan berbagai keseniaan lainnya. Pendekatan penyebaran Islam di lakukan oleh penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tampa terasa mereka telah mengikuti dan tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun pada awalnya mereka tertarik pada kesenian itu.
Misalkan sunan kalijaga adalah tokoh seniman wayang, ia tidak pernah meminta bayaran pertunjukan seni, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat.[4] Sebagian cerita wayang masih di petik dari Mahabrhata dan Ramayana tetapi dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Keseniaan-kesenian lain juga di jadikan media Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni arsitektur, dan seni ukir.
6.Melalui Jalur politik
Para penyebar Islam juga mengunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam. Pengaruh politik raja sangat membantu  terhadap penyebaran Islam di Indonesia. Sebagai mana di ketahui, melalui jalur politik para Walisongo melakukan srategi dakwah mereka di kalangan para pembesar kerajaan seperti majapahit, pajajaran, bahkan Walisongo juga mendirikan kerajaan Demak, Sunan Gunung jati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan Banten.
Kesemuanya di lakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran Islam. Baik di Sumatera, jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaa-kerajaan non Islam, kemenangan-kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan Islam masuk Islam.
C.    Kondisi Politik Kerajaan
Cikal bakal kerajaaan telah di rintis pada abad ke-7 dan ke-8 M. tetapi semuanya tengelam dalam hegomeni maritim sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan hindu-Jawa  seperti Singgasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode ini pedagang dan mubalig muslim membentuk komunitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat antara sesama. Sementara ajaran hindu Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Oleh karena itu Islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meskipun peenyebarannya dengan cara damai.[5]
Masuknya Islam ke daerah-daerah Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan social budaya daerah ketika datang Islam juga berlawanan. Datangnya orang-orang Islam yang baru di singgahi sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak positif, karena pada awalnya mereka datang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke-12 dan pada akhir abad ke-12 mulai memasuki masa kemunduran di bidang politik dan ekonomi.kemunduran Sriwijaya ini di percepat oleh usaha-usaha kerajaan singasari sedang bangkit di Jawa. Keadaan inilah yang di manfaatkan oleh pedagang Islam untuk mendapatkan keuntungan politik dan perdagangan. Mereka mendukung daerah-daerah yang muncul. Dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam. Kerajaan samudera pasai di pesisir timur laut Aceh. Daerah ini sudah di singgahi pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses Islamisasi tentu berjalan di sana sejak abad tersebut, baik dalam bidang politik maupun perdagangan.
Karena kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di istana, kerajaan Singasari, juga pelanjutnya Majapahit tidak mampu menguasai  atau mengontrol daerah Melayu dan Selat Malaka dengan baik sehingga kerajaan Samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaanya hingga abad ke-16. Akhirnya kerajaan Sriwijaya, dan Majapahit menjadi melemah dan tidak memiliki kekuatan yang berarti.
Pengembangan  Islam di Indonesia, yaitu kerajaan Pasai (abad ke-13 M) di Aceh. Kemudian di teruskan kerajaan Aceh Darussalam (abad ke-15 M). 
D.     KERAJAAN di INDONESIA
Kerajaan Perlak
Telah di sepakati bahwa Islam pada mulanya mendapat kubu-kubu terkuatnya di kota-kota pelabuhan, seperti Samudera Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan lainnya di pesisir utara Jawa. A. H. John sangat menekankan hal ini, berangkat teori bahwa Islam pada dasarnya urban (perkotaan) dan peradaban Islam pada hakikatnya juga urban. Menurut john bahwa proses Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota pelabuhan. Di perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa, yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh ulama intelektual terkenal seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Nuruddin Ar-Raniry, dan Abdurrauf As-Singkili.[6] 
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 masehi, Khalifah Usman bin Affan mengirim delegasi ke Cina. delegasi tersebut bertugas memperkenalkan agama Islam. Waktu itu hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW. dalam perjalanan laut yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Usman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 Masehi, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera.
Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Agama Islam. Sejak saat itu, para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk agama islam, meskipun belum secara besar-besaran. Aceh daerah paling barat di kepulauan Nusantara adalah yang pertama kali menerima ajaran agama Islam. bahkan di Acehlah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kesultanan Perlak (Memang ada perbedaan pendapat, di versi lain menyebutkan kerajaan Islam yang pertama adalah Samudra Pasai)
Kesultanan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara, kerajaan ini berkuasa pada tahun 840 hingga 1292 Masehi di sekitar wilayah Peureulak atau Perlak. Kini wilayah tersebut masuk dalam wilayah Aceh Timur, Provinsi  Aceh.
Perlak Merupakan Suatu daerah penghasil kayu perlak, adalah kayu yang digunakan sebagai bahan dasar kapal. Posisi strategis dan hasil alam yang melimpah membuat perlak berkembang sebagai pelabuhan niaga yang maju pada abad VIII hingga XII. sehingga, Perlak sering disinggahi oleh Jutaan kapal dari Arab, Persia, Gujarat, Malaka, Cina, serta dari seluruh kepulauan Nusantara. karena singgahannya kapal-kapal asing itulah masyarakat Islam berkembang, melalui perkawinan campur antara saudagar muslim dengan perempuan setempat.
Pendiri kesultanan Perlak adalah Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Shah yang menganut aliran atau Mazhab Syiah. Ia merupakan keturunan pendakwah Arab dengan perempuan setempat. Kerajaan Perlak didirikannya pada tanggal 1 Muharram 225 H atau 840 masehi, saat kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu di Jawa masih berjaya. sebagai gebrakan mula-mula, Sultan Alaiddin mengubah nama ibu kota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Banda Khalifah.
Ketika pemerintahan Sultan Alaiddin Sayid maulana Abbas Shah, Sultan ketiga, ulama-ulama bermazhab Sunni mulai masuk ke perlak dan menebarkan pengaruh. setelah wafatnya Sultan pada 363 H atau 913 masehi, terjadi ketegangan antara kaum Syiah dengan kaum Suni, sehingga selama dua tahun berikutnya kesultanan Perlak vakum kekuasaan, tidak memiliki Sultan. Setelah masa dua tahun tersebut, kaum Syiah memenangi persaingan, kemudian pada tahun 915 M atau 302 H, Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya, terjadi lagi ketegangan antara kaum Syiah dan kaum Suni, yang kali ini membawa kaum suni pada keunggulan. Akibatnya, para sultan berikutnya diangkat dari golongan Sunni.
Tahun 956 masehi atau 362 H, setelah meninggalnya Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan berdaulat atau sultan ketujuh, terjadi lagi ketegangan selama kurang lebih empat tahun antara golongan Syiah dan Sunni, yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian ; yaitu Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Sayid Maulana Syah (986 – 988) dan Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan berdaulat (986 – 1023). Pada tahun 988, Kerajaan Sriwijaya Menyerang Perlak. Sultan Alaiddin Maulana Syah meninggal karena serangan itu. Namun demikian, sebagai akibatnya, seluruh Perlak justru bersatu kembali di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Berdaulat. Sultan Makhdum melanjutkan perjuangan melawan kerajaan Budha Sri Wijaya hingga tahun 1006.
Para Sultan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan Berdaulat. Di bawah ini merupakan nama-nama sultan yang memerintah kerajaan Perlak ;
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 – 864
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913)
- Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughat Syah (915 – 918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir (928 – 932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (932 – 956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik (956 – 983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim (986 – 1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud (1023 – 1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mansur (1059 – 1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah (1078 – 1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad (1109 – 1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik mahmud (1135 – 1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad (1173 – 1200)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Jalil (1200 – 1230)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin (1230 – 1267)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz (1267 – 1292)
Berita dari marcopolo menyebutkan, pada saat persinggahannya di PASAI pada tahun 692 H atau 1292 M, telah banyak ulama Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Batuttah, Pengembara Muslim dari Maghribi (sekarang maroko). Ketika Singgah di Aceh pada tahun 746 H atau 1345 M, ibnu Batuttah menuliskan bahwa di Perlak dan Pasai telah tersebar  Mazhab Syafi’i.
Pada awal abad ke-13 di Ujung barat Sumatra berdiri kerajaan baru di bawah Sultan Malik Al-Saleh, bernama Samudra Pasai. Sementara di Malaka, seorang pangeran asal Sri Wijaya membangun kerajaan baru bernama Malaka. Artinya situasi politik saat itu sedang memanas. Untuk itu, Sultan Makhdum Alaiddin mallik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1230 – 1267) sebagai sultan ke 17 menjalankan politik persahabatan. Jalan yang ia tempuh adalah dengan menikahkan dua orang putrinya dengan para penguasa negeri tetangga. Putri Ratna Kamala dinikahkannya dengan raja kerajaan Malaka yaitu Sultan Muhammad Syah Parameswara, sementara itu Ganggang dinikahkan dengan raja kerajaan Samudra Pasai, malik Al-Saleh.
Meski telah menjalankan politik damai dengan mengikat persaudaraan, ketegangan politik itu rupanya tetap saja mengancam kedaulatan kesultanan Perlak. Perlak goyah, Sultan makdum Aliddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 – 1292) menjadi sultan yang terakhir. Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan kerajaan Samudra Pasai di bawah pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, putra Al-Saleh. Kerajaan Samudera Pasai berakhir pada tahun 1524 M, ketika di rebut oleh kerajaan Aceh Darussalam dibawah pimpinan sultan ali mughayat syah.
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam di dirikan pada tahun 1524 oleh Sultan Ali Muaghayat Syah. Peletak dasar kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Alauiddin riayat syah. Kerajaan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M).
Pada masa Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur dan Barat Sumatra. Ia memerintah dengan keras dalam menentang penjajah Portugis. Setelah itu, kedudukannya dig anti oleh Sultan Iskandara Stani yang memerintah lebih liberal. Pada masanya perkembangan ilmu pengetahuan Islam mengalami masa keemasannya. Akan tetapi, setelah ia meninggal, semua penguasanya dari kalangan perempuan (1641-1699 M), yaitu Sultanah Shafiyatuddin syah, Zakiyatuddin syah, Naqiyatuddin syah sehingga kekuasaan mengalami kelemahan, yang pada akhirnya pada abad ke-18 kebesarannya mulai menurun.
Pada masa kerajaan ini, perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh ulama seperti:
1)      Syaikh Abdullah Arif (dari Arab)
2)      Hamzah Al-Fansuri (tokoh tasawuf)
3)      Syamsuddin As-Sumatrani (1630 M)
4)      Abdurrauf Singkel (1693 M)
 Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada akhir abad 15, setelah berhasil melepaskan diri dari pengaruh kerajaan Majapahit. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di Pulau Jawa.
Pada masa pemerintahan Raden Patah, Demak mengalami perkembangan pesat. Faktor-faktor pendorong kemajuan kerajaan Demak adalah :
  1. Runtuhnya kerajaan Majapahit
  2. Letak Demak strategis di daerah pantai sehingga hubungan dengan dunia luar menjadi terbuka.
  3. Pelabuhan Bergota di Semarang merupakan pelabuhan ekspor impor yang sangat penting bagi Demak
  4. Demak memiliki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman
Kerajaan Demak dengan bantuan wali songo berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa pada masa inilah Masjid Agung Demak dibangun. Ketika Malaka. Dikuasai Portugis, Demak merasa dirugikan sehingga pasukan Demak yang dipimpin Pati Unus dikirim untuk menyerang Portugis di Malaka tahun 1513, tetapi mengalami kegagalan. Pati Unus kemudian terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.[7]
Kerajaan Pajang
Kerajaan pajang didirikan oleh Joko Tingkir yang telah menjadi raja bergelar Sultan Hadiwijaya. Pada masa pemerintahannya, kerajaan mengalami kemajuan. Pengganti Sultan Hadiwijaya adalah putranya bernama pangeran Benowo. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Arya Pangiri (Putra Sultan Prawoto). Akan tetapi pemberontakan tersebut dapat ditumpas oleh Sutawijaya (Putra Ki Ageng Pemanahan). Pangeran Benowo selanjutnya menyerahkan pemerintahan Pajang kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pemerintahan Pajang ke Mataram.
Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1586 dengan raja yang pertama Sutawijaya yang bergelar Panembahans Senopati (1586-1601). Pengganti Penembahan Senopati adalah Mas Jolang (1601 – 1613). Dalam usahanya mempersatukan kerajaan-kerajaan Islam di Pantai untuk memperkuat kedudukan politik dan ekonomi Mataram. Mas Jolang gugur dalam pertempuran di Krapyak sehingga dikenal dengan nama Panembahan Seda Krapyak. Kerajaan Mataram kemudian diperintah Sultan Agung pada masa inilah Mataram mencapai puncak kejayaan. Wilayah Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat kemajuan yang dicapai Sultan Agung meliputi :
1) Bidang Politik
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang VOC di Batavia. Serangan Mataram terhadap VOC dilakukan tahun 1628 dan 1929 tetapi gagal mengusir VOC. Penyebab kegagalan antara lain :
a. Jaraknya terlalu jauh yang mengurangi ketahanan prajurit Mataram
b. Kekurangan persediaan makanan
c. Pasukan Mataram kalah dalam persenjataan dan pengalaman perang.
2) Bidang Ekonomi
Kerajaan Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan  memanfaatkan beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi
3) Bidang Sosial Budaya
  1. Munculnya kebudayaan kejawen yang merupakan kebudayaan asli Jawa dengan kebudayaan Islam
  2. Sultan Agung berhasil menyusun Tarikh Jawa
  3. Ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, sultan Agung mengarang kita sastra Gending Nitisruti dan Astabrata.
Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645, kerajaan mataram mengalami kemunduran sebab penggantinya cenderung bekerjasama dengan VOC.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan Fatahillahs setelah menyerahkan Banten kepada putranya. Pada masa pemerintahan Fatahillah (Sunan Gunung Jati) perkembangan agama Islam di Cirebon mengalami kemajuan pesat. Pengganti Fatahillah setelah wafat adalah penembahan Ratu, tetapi kerajaan Cirebon mengalami kemunduran. Pada tahun 1681 kerajaan Cirebon pecah menjadi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Kerajaan Makasar
Kerajaan Makasar yang berdiri pada abad 18 pada mulanya terdiri dari dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan Tallo (Gowa Tallo) yang beribu kota di Sombaopu. Raja Gowa Daeng Maurabia menjadi raja Gowa Tallo bergelar Sultan Alaudin dan Raja Tallo Karaeng Matoaya menjadi patih bergelar Sultan Abdullah. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) akhirnya dapat berkembang menjadi pusat perdagangan yang didorong beberapa faktor, antara lain :
  1. Letaknya strategis yang menghubungkan pelayaran Malaka-Jawa-Maluku
  2. Letaknya di muara sungai yang memudahkan lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman
  3. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis yang mendorong para pedagang mencari pelabuhan yang memperjual belikan rempah-rempah
  4. Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13 yang beribu kota di Sampalu. Agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada abad ke-14. pada abad ke-15 Kerajaan Ternate dapat berkembang pesat oleh kekayaan rempah-rempah terutama cengkih yang dimiliki Ternate dan adanya kemajuan pelayaran serta perdagangan di Ternate.
Ramainya perdagangan rempah-rempah di Maluku mendorong terbentuknya persekutuan dagang yaitu :
  • Uli Lima (Persekutuan Lima) yang dipimpin Kerajaan Ternate
  • Uli Syiwa (Persekutuan Sembilan) yang dipimpin kerajaan Tidore
Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Pada saat itu wilayah kerajaan Ternate sampai ke daerah Filipina bagian selatan bersamaan pula dengan penyebaran agama Islam. Oleh karena kebesaransnya, Sultan Baabullah mencapa sebutan “Yang dipertuan” di 72 pulau.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore berdiri pada abad ke-13 hampir bersamaan dengan kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore juga kaya rempah-rempah sehinga banyak dikunjungi para pedagang. Pada awalnya Ternate dan Tidore bersaing memperebutkan kekuasaan perdagangaan di Maluku. Lebih-lebih dengan datangnya Portugis dan Spanyol di Maluku. Akan tetapi kedua kerajaan tersebut akhirya bersatu melawan kekuasaan Portugis di Maluku. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahannya berhasil memperluas daerahnya sampai ke Halmahera, Seram dan Kai sambil melakukan penyebaran agama Islam.[8]



BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab yang telah penulis  uraiakan wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak zaman kuno adalah merupakan wilayah yang memiliki dan menjadi pusat perhatian duniakarena hasil bumi rempah-rempah yang dihasilkannya. Wilayah ini menjadi lintasan pelayaran para pedagang dunia dari dan menuju Cina dan India. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa pada abad ke 1dan ke 7 M, sering di singgahi kapal dagang.
 Orang Islam yang pertama  mengunjugi Indonesia kemungkinan adalah saudagar Arab pada abad ke-7 yang singgah di Sumatera dalam perjalanan menuju ke Cina. Menyusul mereka adalah saudagar Gujarat yang berdagang lada dan yang telah membangun sejak tahun 1100 percampuran yang unik antara perdagangan dan penyebaran Islam di Indonesia.
Proses yang dilakukan para Da’i melalui jalur-jalur mula penyebaran Islam di Indonesia
-          Melalui jalur perdagangan
-          Melalui Jalur Perkawinan
-          Melalui Jalur Tasawuf
-          Melalui Jalur Pendidikan 
-          Melalui Jalur Kesenian 
Melalui Jalur politik


[1]http// www. Islam Di Indonesia. Al-Misbah Com. Di akses pada tanggal 20 Nopember 2012.
[2] Rz. Era Muslim, sejarah Islam Nusantara, dlm galeri suara muslim, kompilasi: www. Pakdenono.com.juni 2007
[3] Badri Yatim. Opcit, hlm 201
[4] Dengan tampa terasa mereka mengikuti dakwah sunan kalijag dan mereka mengucap syahadat, tradisi ini masih berlanjut di keraton Yogyakarta atau di sebut tradisi sekaten.
[5] Drs. Samsul Munir Amin, MA.Sejarah peradaban Islam. (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 309
[6] Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara, hlm. 33.
[7][7] Hhhtp/ www.. sejarah islam di indonesia. Mizan com. Di akses pada tgl 20-12-12.
[8] Hhhtp/ www sejarah peradaban islam di Indonesia. Di akses pada tgl 20-12-12.



B.Tujuan Penulisan
 Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu,adapun yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah: bagaimana masuk Islam di Indonesia dan bagaimana penyebaran Islam di Indonesia.


[1] Hasan Muarif Ambari,  sejarah perkembangan Islam di Indonesia, (Jakarta: nurul islam, 1979). Hlm. 62
[2] Badri Yatim, sejarah peradaban Islam, (Jakarta: raja grafindo persada, 2000), hlm. 191

Popular posts from this blog

Macam-Macam Amtsal dan Contohnya

Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANAMAN SAWI