LANGKAH-LANGKAH METODE KRITIK MENURUT AL-GHAZALI

Langkah-langkah Metode Kritik menurut Al-Ghazali
Metode kritik al-Ghazali seperti ditelaah oleh Mansur, bermuara pada empat hal, yaitu:
  1. Berusaha mengungguli atau minimal menyamai kemampuan pemikir yang hendak dikritik;
  2. Mendeskipsikan pemikiran yang hendak dikritik;
  3. Bersikap obyektif dalam mendeskripsikan pemikiran yang hendak dikritik, dan
  4. Mengggunakan metode yang sama dengan metode yang digunakan pemikir yang hendak dikritik.[1]
Berkaitan dengan metode nalar kritik yang keempat, al-Ghazali menulis beberapa karya tentang metode berpikir yang ia sebut dengan neraca. Neraca yang dimaksud adalah metode berpikir logis yang sama digunakan oleh para filosof. Neraca tersebut yang disebut dengan manthiq. Beberapa karya yang berkaitan dengan ilmu tersebut adalah al-Qisthas al-Mustaqim dan Mi’yar al-ilmi. Berbeda dengan para filosof, al-Ghazali mendasarkan metode filsafatnya tidak semata-mata pada akal tetapi juga pada logika al-Qur’an. Kerja intelektual yang juga sama dilakukan oleh Ibn Rusyd yang mengkritik al-Ghazali. Karena sebagian penalaran logisnaya dinisbatkan ke dalam logika al-Qur’an inilah seringkali al-Ghazali dituduh terlalu teologis  ketika mengkritik filsafat.
Logika memiliki arti penting bagi al-Ghazali yang ditunjukkan oleh seringnya al-Ghazali menampilkan analisis logika dalam kebanyakan karya-karyanya baik dalam disiplin filsafat, teologi, hukum bahkan tasawuf. Nafas logika terasa kuat sekali, misalnya dalam bukunya al-Qisthas al-Mustaqim yang ditulis dengan gaya dialog, dalam al-Iqtishad fi al-I’tiqaad, al-Mushtasyfa. Bukti kuat betapa apresiatifnya al-Ghazali terhadap logika, ia menulis buku logika secara tersendiri, yakni Mi'yar al-‘Ilmi. Dan dengan Mi’yar al-Ilmi pula, al-Ghazali menguraikan metode kritik nalar filsafatnya terhadap metafisika para filosof.
Mi’yar al-Ilmi merupakan karya metodolgis filsafat al-Ghazali atau meminjam klasifikasi metode nalar kritik al-Jabiri – merupakan pemikiran al-Ghazali sebagai alat. Ilmu logika sangat penting dalam merumuskan pemikiran yang benar dan logis. Dalam kitab ini al-Ghazali menjelaskan tentang prinsip-prinsip berpikir logis. Karena seringkali terjadi orang berpikir benar secara formal (syakl) akan tetapi salah secara isi (madah). Berpikir logis boleh jadi akan melahirkan kesimpulan yang logis. Akan tetapi jika isinya salah, maka kesimpulannya juga akan salah meskipun secara formal silogistik benar.
Dalam pembahasannya tentang ilmu logika al-Ghazali menghindari term-term yang digunakan oleh ilmu kalam dan ushul fiqih. Sebaliknya dia menampilkan uraian dengan menggunakan term-term ilmu logika sehingga metodenya dapat ditelusuri secara detail. Dalam buku ini juga, al-Ghazali menyampaikan dengan bahasa mereka bahwa keabsahan materi silogisme dalam demontrasi ilmu logika dan dalam validitas formalnya serta postulat-postulat yang mereka formulasikan dalam tashawwurat (konsep) dan tashdiqaat (hukum) yang merupakan bagian-bagian dari premis logika tidak bisa memenuhi kebutuhan bidang metafisika.
Ada dua alasan yang menjadi tujuan mengapa al-Ghazali menulis Mi’yar al-Ilmi. Pertama untuk memahami tata cara berpikir dan penalaran logis, menerangkan seluk beluk penalaran demonstratif dengan premis-premis yang logis dan benar baik dalam isi maupun formalnya. Menurut al-Ghazali, manakala ilmu-ilmu rasional, secara fitrah dan alami, tidak diberikan secara alamiah, maka untuk memperolehnya harus diusahakan. Dan tidak setiap usaha akan memperoleh hasil yang baik dan dapat mengantarkan pada apa yang dicarinya, tidak pula setiap pencari akan memperoleh kesempurnaan dan aman dari tipuan. Ketika banyak hal-hal rasional menjadi tempat dan membuahkan kesesatan, dan tidak menutup kemungkinan semua yang diperoleh akal terkontimanasi oleh praduga dan khayali. Karena itu, kata al-Ghazali, “kami merasa perlu untuk menyusun kitab ini sebagai tolak ukur bagi penalaran dan pemikiran, sebagai timbangan dalam melakukan kajian dan pembahasan….”
Tujuan yang kedua adalah menjelaskan apa yang telah diuraikan al-Ghazali dalam kitab Tahafut al-FalasifahMEMBUKA. Menjelaskan terminologi-terminologi yang digunakan oleh para filosof. Dalam kitab ini hal-hal yang terminologis yang menjadi istilah filoosf  dijelaskan secara detail. Tujuan yang kedua ini, menurut al-Ghazali, merupakan tujuan yang khusus, sebagai dasar untuk memahami kritiknya terhadap filsafat metafisika.
Dengan demikian, kita dapat memposisikan al-Ghazali secara lebih adil dan proporsional. Metode nalar kritik filsafatnya dapat menjadi acuan kepada kita bahwa kerja kritik bukan sesuatu yang mudah, kerja kritik tidak boleh lahir dari subyektifitas like and dislike. Karena yang muncul adalah sumpah serapah, darah, dan fatwa yang menghalalkan nyawa. Sebaliknya, kritik harus lahir dari obyektifitas dan semata-semata-mata bersama untuk mencari kebenaran. Suatu kerja kritik yang hampir absen dalam atmosfir kehidupan intelektual kita sekarang karena keseharian kita banyak dipenuhi oleh – meminjam catatan budayawan Asep Salahudin – kitab omong kosong.



[1] Mansur, Metode Kritik Al-Ghazali, (Bandung: Rosda Karya, 2003), hal. 67.

Popular posts from this blog

Macam-Macam Amtsal dan Contohnya

Langkah-Langkah Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TANAMAN SAWI