Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Membicarakan
tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku
negatif siswa. Perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada
akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawarirkan, seperti: kehidupan sex
bebas, keterlibatan dalam narkoba, gang motor dan berbagai tindakan yang
menjurus ke arah kriminal lainnya, yang tidak hanya dapat merugikan diri
sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum.
Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti : kasus bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah. Disiplin sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa menurut Merson U. Sangalang (2001:45) terdiri dari "kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar”. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa pada sebuah lembaga pendidikan.
Agar hal
ini menjadi lebih jelas, diuraikan berikut ini:
1. Faktor kecerdasan
Biasanya,
kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Rumusan di atas
menunjukkan kecerdasan menyangkut kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan
rasional memahami, mengerti, memecahkan problem, tetapi termasuk kemampuan
mengatur perilaku berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan kemampuan belajar
dari pengalamannya. Slameto (2002:36) mengatakan bahwa "kecerdasan sangat
mempengaruhi hasil belajar seseorang".
2. Faktor bakat
Pengertian
bakat menurut Winarno Surachman (2000:25) adalah "kemampuan yang ada pada
seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari
orang tua". Bagi seorang siswa, bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa yang berbakat
dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa
yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang
ilmu pasti, dan sebaliknya.
Bakat-bakat yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai prestasi yang tinggi. Seorang siswa ketika akan memilih bidang pendidikannya, sebaiknya memperhatikan aspek bakat yang ada padanya. Untuk itu, sebaiknya bersama orang tuanya meminta jasa layanan psikotes untuk melihat dan mengetahui bakatnya.
3. Faktor minat dan perhatian
Slameto
(2002:37) mengartikan minat sebagai "kecenderungan yang besar terhadap
sesuatu". Kecenderungan tersebut lahir dari jiwa dan kesadaran seseorang.
Slameto (2002:38) juga mendevinisikan perhatian sebagai "melihat dan
mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu". Minat dan perhatian
biasanya berkaitan erat.
Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, seorang siswa harus menaruh minat dan perhatian yang tinggi dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan minat dan perhatian yang tinggi, kita boleh yakin akan berhasil dalam pembelajaran.
4. Faktor motif
Winarno
Surachman (2000:25) mendefinisikan motif sebagai "dorongan yang membuat
seseorang berbuat sesuatu". Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap
usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
belajar, kalau siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan
memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang
kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi
belajarnya.
5. Faktor cara belajar
Keberhasilan
studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajarsiswa. Cara belajar yang efisien
memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar
yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien menurut Winarno Surachman
(2000:30) sebagai berikut:
a)
Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.
b)
Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.
c)
Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang
dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan sebaikbaiknya.
d)
Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan
soal-soal.
6.
Faktor lingkungan keluarga
Sebagian
waktu seorang siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik kakak siswa adalah
orang yang paling dekat dengan dirinya. Winarno Surachman (2000:30) mengemukan
bahwa "keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif
memberi pengaruh pada prestasi siswa". Maka orang tua sudah sepatutnya
mendorong, memberi semangat, membimbing dan memberi teladan yang baik kepada
anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan komunikasi yang lancar antara
orang tua dengan anak-anak serta keadaan keuangan keluarga yang tidak
kekurangan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dan kelengkapan belajar
anak. Ha1-hal tersebut ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa.
7. Faktor sekolah
Slameto
(2002:85) mengatakan bahwa "sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan
besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa". Oleh karena itu,
sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem
dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental,
spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil
menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi per orang
di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana
penunjang cukup memadai, siswa tertib disiplin.
Maka, kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar siswa akan lebih tinggi. Jadi, keberhasilan siswa mencapai hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu, lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan kompetisi siswa dalam pembelajaran.
Faktor penghambat kedisiplinan merupakan faktor yang harus dihindari pada sebuah lembaga pendidikan. Bila ada hambatan dalam penegakan kedisiplinan maka proses belajar mengajar akan berakibat fatal. Dan tujuan pendidikan pada sebuah lembaga pendidikan akan tidak dapat dicapai sebagaimana mestinya.
Menurut Tulus Tu’u (2004:119) pelanggaran disiplin dapat terjadi karena tujuh hal yaitu:
- Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap
- Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dan kurang dimonitor oleh kepala sekolah.
- Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
- Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatan dan pemantapan disiplin sekolah.
- Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan implementasi disiplin sekolah.
- Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah.
- Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah dalam disiplin diri. Mereka ini cenderung melanggar dan mengabaikan tata tertib sekolah”.
Ketujuh hal tersebut harus dihindari oleh lembaga pendidikan, karena hal
tersebut merupakan penghambat tujuan tegaknya kedisiplinan yang sangat
berpengaruh pada tujuan pendidikan nasional. Dan hal tersebut tidak akan
melahirkan kedisiplinan pada sebuah lembaga pendidikan.