FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU BELAJAR
Dalam
belajar, keberhasilan siswa sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adapun
dilihat dari keadaan dan lingkungan belajar siswa, maka faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu belajar tersebut ada 2, yaitu:
1.
Faktor
Intern
- Motivasi
Pengertian Motivasi adalah daya penggerak yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan.[1]
Motivasi tersebut dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
Keseringan orang tua dalam memberikan motivasi kepada anaknya akan dapat
membangkitkan semangat belajar anak. Motivasi sangat penting dalam proses
perkembangan anak dalam menentukan masa depannya.
- Kondisi fisik/ jasmani saat mengikuti pelajaran
Kondisi fisik atau jasmani siswa saat mengikuti pelajaran
sangat berpengaruh terhadap minat dan aktifitas belajarnya. Faktor kesehatan
badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak dalam keadaan sakit atau lelah,
akan membantu dalam memusatkan perhatian terhadap perhatian. Sebab untuk
mengikuti proses belajar itu memerlukan kegiatan mental yang tinggi, menuntut
banyak perhatian dan pikiran yang jernih. Oleh karena itu, apabila siswa
mengalami kelelahan atau terganggu kesehatan, akan sulit memusatkan perhatian
dan berfikir jernih. Kelelahan akan dapat mengganggu aktifitas belajar siswa.
2.
Faktor
Ekstern
- Faktor keluarga
a) Keadaan keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan
dibesarkan sebagai yang dijelaskan oleh Slameto, bahwa “kelurga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Kelurga yang sehat besar artinya untuk pendidikan
kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
negara dan dunia.[2] Adanya rasa aman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman
itu membuuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa
aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi
untuk belajar. Dalam hal ini Hasbullah mengatakan bahwa, “keluarga merupakan
lingkungna pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak
pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan
akhlak dan pandangan hidup keagamaan.[3]
Oleh karena
itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga
sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal
kelembaga-lembaga formal memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua dan
guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerja
sama yang perlu ditingkatkan, dimana oranmg tua harus menaruh perhatian yang
serius tentang cara belajar anak dirumah. Perhatian orang tua dapat memberikan
dorongan dan motivasi sehingga anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang
baik untuk belajar.
b) Cara orang tua mendidik
Cara orang
tua mendidik adalah sangat besar pengaruh terhadap hasil belajar anak. Orang
tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, maka mereka acuh
tak acuh terhadap bacaan anaknya, tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan
anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan atau
melengkapi bahan bacaannya, tidak memerhatikan tingkah anaknya, apakah anaknya
belajar atau tidak, dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam hal prestasi
belajar.[4]
c) Perhatian orang tua
Perhatian
orang tua sangat penting dan diperlukan dalam memberikan bimbingan, arahan dan
dukungan kepada anak. Jika anak sedang belajar jangan diganggu dengan
tugas-tugas dirumah. Terkadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib
memberikan perhatian dan dorongan, membantu kesulitan yang dialami anak
disekolah. Jika perlu menghubungi gurunya untuk mengetahui prestasi belajar.
- Faktor sekolah
Sekolah
merupakan tempat aktivitas anak mengembangkan intelektualnya, di sekolah selain
memperoleh ilmu teoritis, juga ikut mendidik anak dalam memelihara budi pekerti
anak. Di sekolah anak harus mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan.
Mereka tidak boleh bertindak sesuka hatinya.
Faktor yang
mempengaruhi belajar di sekolah antara lain: metode belajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran
dan metode mengajar yang diterapkan oleh guru.
a) Metode dan gaya mengajar guru
Metode dan
gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam
mempelajarisuatu mata pelajaran. Oleh karena itu hendaknya guru dapat
menggunakan metode dan gaya mengajar yang dapat menumbuhkan minat dan perhatian
serta motivasi yang besar terhadap siswa.
Cara
penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang kurang
berminat dan bersemangat untuk mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan
gaya yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan
bersemangat untuk selalu mengikutinya dan mendorongnya untuk selalu
mempelajarinya. Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran sangat terkait
dengan tipe atau karakter kepribadiannya. Seperti yang dikemukakan oleh
Muhibbin Syah, sebagai berikut:
1) Guru yang otoriter
Secara
harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Guru
yag otoriter mengarahkan dengan
keras segala aktivitas siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya sedikit sekali
kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berperan serta memutuskan cara
terbaik untuk kepentingan belajar mereka, sehingga antara guru dan murid tidak
terdapat hubungan yang akrab.
2) Guru lezeifee
Istilah lezeifee ini sepadan dengan invidualisme
yaitu paham yang menghendaki kebebasan pribadi. Guru yang berwatak seperti ini,
biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan belajar secara enaknya,
sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri. Sebenarnya guru tersebut
tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidikmeskipun ia memiliki
kemampuan yang memadai.
3) Guru yang demokratis
Bersifat
demokratis yang pada intinya mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan
kewajiban semua orang. Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya dipandang
sebagai guru yang paling baik dan ideal. Alasannya, dibanding dengan guru yang
lainnya, guru tipe demokratis lebih suka bekerjasama dengan rekan-rekan
seprofesinya, namun tetap menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Ditinjau dari
hasil sudut pengajaran, guru yang demokratis dengan yang otoriter tidak jauh
berbeda. Akan tetapi dari sudut moral, guru yang demokratis lebih disenangi
oleh rekan-rekannya maupun oleh siswanya sendiri.
4) Guru yang otoritatif
Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan
baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Guru yang
otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan
faknya maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya ditandai dengan oleh
kemampuan memerintah secara efektif kepada siswa dan kesenangan mengajak
kerjasama kepada para siswa bila diperlukan dalam mengikhtiarkan cara terbaik
untuk penyelenggaraan system belajar. Dalam hal ini, guru ini hamper sama
dengan guru yang demokratis. Namun, dalam hal memerintah dan memberi anjuran,
guru yang otoritatif pada umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh
para siswa dan dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuanm yang
digelutinya.[5]
Disamping karakter
yang telah disebut di atas, metode yang digunakan dalam menyampaikan pelajaran
besar pula pengaruhnya terhadap minat belajar siswa. Apabila guru hanya
menggunakan satu metode saja dalam mengajar maka akan membosankan, yang
akhirnya siswa tidak tertarik memperhatikan pelajaran. Jadi hendaknya guru
dapat menggunakasn berbagai metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
b) Sarana dan prasarana
Sarana
adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan
sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran,
misalnya
jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan
lain sebagainya.[6]
Terdapat
beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan
prasarana. Pertama, kelengkapan
sarana dan prasana dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Kedua, kelengkapan sarana dan prasarana
dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.[7]
- Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor-faktor
dalam masyarakat mempunyai pengaruh cukup besar terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik dalam menwujudkan tujuan belajar, karena siswa sebagai
makhluk sosial tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh lingkungan masyarakat
sekitarnya. Pengaruh ini terjadi disebabkan karena:
- Kegiatan siswa dalam masyarakat.
- Media.
- Teman bergaul.
- Bentuk kehidupan masyarakat.[8]
Untuk Lebih Lanjut Klik Di sini ???
SILAHKAN MASUK
SILAHKAN MASUK
[1]Syukur, laporan action
research, (Jakarta: Depdiknas, 2000), h. 4.
[2]Slameto, Belajar Dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Cet. IV, (Jakarta: Rhineka Cipta,
2003), h. 67.
[3]Hasbullah, Pengembangan
Belajar Pada Anak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 46.
[4]Slameto, Belajar Dan
Faktor-Faktor..., h. 51.
[5]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), h. 253.
[6]Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,(Jakarta:
Kencana, 2011), h.18.
[7]Wina Sanjaya, Perencanaan dan
Desain...,h. 18-19.
[8]T. Raka Joni, Pengelolaan Kelas dan Pengajaran, Cet II,
(Jakarta: BP3G, 2003), h. 65.